Your Adsense Link 728 X 15

Sejarah Panjat Tebing

Posted by Unknown Kamis, 12 September 2013 2 komentar
CIKAL BAKAL PANJAT TEBING.

Panjat tebing sebenarnya sudah dikenal sejak sebelum jaman Perang Dunia I, terutama oleh kalangan militer. Namun dalam hal perkembangannya kegiatan ini menjadi digemari oleh masyarakat umum. Sebagai contoh ilustrasi dalam film “Seven Years In Tibet”. Salah satu film Brad Pitt yang mengupas petualangannya di Himalaya saat perang dunia ke-2, kemudian ada “Cliff Hanger” yang dilakonin oleh Silvester Stalon dan yang masih segar dalam ingatan kita tentu saja “Vertical Limit”.
Kegiatan panjat tebing mulai dikenal pertama kali di kawasan Eropa, tepatnya pegunungan Alpen, sebelum perang dunia pertama di negara Austria. Sekitar tahun 1910, penggunaan alat dalam panjat tebing mulai diperkenalkan, seperti karabiner dan piton yang terbuat dari baja. Itupun hanya digunakan untuk menuruni tebing. Semenjak itulah para pendaki dari Austria dan Jerman mulai mengembangkan  dan alat-alat baru dalam kegiatan ini.
Ketika sebelum perang dunia meletus di Inggris, kegiatan ini mulai banyak dipelajari meskipun ketinggalan jauh dengan Jerman. Di  negara ini penggunaan piton dibatasi dengan alasan agar tidak merusak lingkungan atau cacat batuan. Selain itu juga dikembangkan panjat tebing sebagai suatu olahraga tersendiri, kemudian diikuti oleh Amerika dan selanjutnya oleh negara-negara Eropa lainnya.  pemanjatan tebing dengan menggunakan tali baru dikenalkan pada tahun 1920.
Tahun 1930 adalah tahun keemasan pemanjat dikawasan Alpen. Mulai dari tebing kecil, menengah hingga puncak-puncak tertinggi. Klimaksnya pada saat perang dunia kedua meletus. Perang dunia menyebabkan frekuensi kegiatan memanjat menurun, akan tetapi setelah perang dunia berakhir membawa pengaruh pesat pada penciptaan dan pengadaan peralatan panjat tebing semakin mudah didapatkan.
Perubahan yang drastis terjadi pada tahun 1970, ketika para pemanjat Amerika mengembangkan - baru di kawasan Yosmite. Dan - itu sampai sekarang masih digunakan dalam pemanjatan tebing-tebing. Rata-rata yang mendominasi pengembangan dunia olahraga ini adalah pemanjat Amerika dan Inggris yang kemudian menggunakan sistem dan  yang sama, yang sebelumnya terkotak-kotak menurut negaranya masing-masing. Selain itu juga turun berperan dalam pengembangan kegiatan ini adalah negara Perancis yang menawarkan  pemanjatan yang mengarah pada olahraga murni.
Memasuki tahun 1980 perkembangan panjat tebing semakin menunjukan identitasnya, pada setiap negara di dunia mulai dari Eropa, Amerika hingga Asia sudah banyak mengenal olahraga ini. Dan seiring perkembangan jaman akhirnya panjat tebing terlepas dari induknya (mendaki gunung) dan membentuk wujudnya sendiri yaitu olahraga panjat tebing yang kita kenal sekarang ini dengan berbagai kompleksitasnya.
Di Indonesia sebenarnya kegiatan panjat tebing sudah dikenal sejak tahun 60’an dimana berdiri beberapa perkumpulan/kelompok Pecinta Alam Universitas Indonesia dan Wanadri yang mempunyai akar kegiatan mendaki gunung. Namun kegiatan panjat tebing secara utuh dan tersendiri baru dikenal pada tahun 1975. Waktu itu beberapa orang yang sekarang dianggap sebagai Tonggak Kebangkitan Panjat Tebing dio Indonesia antara lain Harry Suliztiarto, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu dan Dedi Hikmat mulai latihan di tebing Citatah, Jawa Barat.
Pada tahun 1989 Kantor Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga bekerjasama dengan Pusat Kebudayaan Perancis (CCF) mengundang tiga orang pemanjat profesional asal perancis yaitu Patrick Bernhault, Jean Baptise Tribout dan Corrine Lebrune dan seseorang instructureTeknis Panjat Tebing Jean Harau yang kemudian memunculkan inspirasi untuk mendirikan Federasi Panjat Tebing Gunung Indonesia (FPTGI)  dan melalui ikrar yang dikeluarkan oleh sekitar 40-an orang dari perkumpulan pecinta alam yang ada di Jakarta, Bandung, Padang, Medan, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Ujung Pandang di Tugu Monas pada tanggal 21 April 1988. Dikemudian hari FPTGI berubah nama menjadi Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) dan pada tahun 1992 FPTI diakui menjadi anggota Union International des Associations d’Alpinisme (UIAA) yang mewadahi organisai panjat tebing dan gunung internasional. UIAA sendiri merupakan salah satu anggota Internasional Olympic Committee (IOC) yaitu organisasi olahraga dunia yang bertanggung jawab pada semua kegiatan olahraga dunia termasuk kegiatan Olimpiade, sehingga tidak menutup kemungkinan nanti panjat tebing menjadi satu mata lomba  di Olimpiade.
Secara nasional pada tahun 1994 FPTI diakui secara resmi sebagai induk olahraga panjat tebing oleh KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) dan diikutkan dalam event 4 tahunan Pekan Olahraga Nasional sejak tahun 1996.

DASAR PANJAT TEBING
            Pada awalnya panjat tebing adalah bagian dari mendaki gunung yang terdiri dari hiking, Hill Walking, Scrambling, Rock Climbing, dan Rock Ice Climbing. Pada prinsipnya panjat tebing adalah menaiki, memanjat,  mendaki sebuah batuan atau tebing menggunakan seluruh anggota tubuh dan memanfaatkan cacat batuan berupa celah, tonjolan, rekahan menggunakan  tertentu baik dibantu/tidak dibantu dengan peralatan khusus untuk menggapai ketinggian.
Secara umum keberhasilan pemanjatan tebing harus didukung oleh 3 faktor utama, yaitu :
1.     Teknik Pemanjatan(Climbing Technique)
Ø      Three point contact(3 titik kontak)
Mempertahankan posisi di tebing dengan 2 tangan 1 kaki atau 1 tangan 2 kaki, dengan cara ini kamu dapat meminimalkan tenaga.
Ø      Usahakan tangan selalu lurus.
Saat meraih pegangan setinggi apapun segera jatuhkan badan dengan menekuk kedua lutut dan meluruskan tangan, jika siku terus-terusan dibengkokkan maka dijamin tenaga ditangan akan cepat terkuras. Dengan tangan lurus sebagian beban tubuh di topang oleh otot bahu dan dada jadi lebih sedikit ringan. 
Ø      Memanjat dengan kaki dan bukan tangan.
Kaki kita pasti memiliki tenaga lebih kuat dari tangan, perbanyak mendorong vertikal dengan kaki bukan menarik dengan tangan.

2.     Kekuatan Fisik(Energetic/Power)
Dapat  dibantu dengan  latihan yang fisik lain conoh : pemanasan,  lari, pull up, sit up, push up dan banyak lainnya.
3.     Dukungan Emosi(Physycologist Support)
Konsentrasi harus benar-benar dilakukan dalam kegiatan pemanjatan, terutama untuk seorang leader dan belayer. Perlu di perhatikan juga hal-hal yang mengganggu konsentrasi seperti, menggampangkan, lapar dan lain-lain.

PERALATAN PEMANJATAN
            Peralatan panjat tebing sekarang ini berkembang dengan cepat. Banyak sekali macam peralatan dengan berbagai  pemasangannya yang mampu menjamin keselamatan seorang pemanjat. Standarisasi peralatan panjat tebing dikeluarkan oleh UIAA (Union Internationale de alpinis Ascociation). Namun demikian keselamatan seorang pemanjat tidak hanya di jamin dari peralatan yang modern/canggih terbaru tetapi harus didukung  dengan berbagai hal antara lain :
a)    Prosedur pemasangan peralatan yang benar.
b)    Prosedur pemanjatan yang benar.
c)    Tekhnik pemanjatan yang benar.
d)    Kedisiplinan pribadi.

Berdasarkan peralatan yang di gunakan, panjat tebing di bagi menjadi 2 (dua) macam yaitu :
1.     Free climbing
Pemanjatan tebing dengan menggunakan dan memanfaatkan peralatan sepenuhmya hanya sebagai pengaman pemanjatan bukan untuk membantu menambah ketinggian.
1.     Atificial Climbing
Pemanjatan tebing dengan menggunakan dan memanfaatkan peralatan sepenuhnya dipergunakan sebagai pengaman dan untuk menambah ketinggian si pemanjat.

Macam-macam Peralatan yang di gunakan dalam kegiatan panjat tebing.
·        Tali Kernmantel
Ukuran tali yang digunakan bermacam-macam mulai dari 9 mm – 11 mm  yang terdiri dari dua macam, tali Dinamis dan tali Statis.
·        Carrabiner
·        Hardness
·        Sepatu Panjat
·        Belay Devices
·        Webbing
·        Sling, Runner.
·        Ascendeur
·        Descendeur
·        Prusik
·        Cowstail
·        Hammer(Palu)
·        Hand driil
·        Chalkbag dan bubuk magnesium
·        Helm Pengaman
·        Etrier/Stirrup/Tangga
·        Chock
·        Sky Hook
·        Peralatan pengamanan
Peralatan yang di pasang oleh pemanjatan dalam suatu jalur pemanjatan untuk mengamankan pemanjat apabila terjatuh. Terdapat dua jenis pengaman antara lain :
§         Pengaman dari alam(Natural Anchor)
Pengaman yang dibuat memanfaatkan cacat batuan dan sumber daya alam seperti akar, lubang tembus, tonjolan batu, jejalan batu pada celah(chock stone).
§         Pengaman buatan(Artificial Anchor)
Menggunakan bantuan peralatan lain baik dengan cara menjejalkan, memaku pada celah batuan atau mengebor. Pemanjat harus yakin terhadap pengaman yang dipasang dengan terlebih dahulu mencoba membebaninya.
Macam-macam peralatan yang bisa di gunakan untuk membuat pengaman buatan :
ü   Piton/Pasak
ü   Friend /Nuts

ü   Bolt dan Hanger

MENGENAL GUNUNG LAWU (Panduan singkat pendakian bagi pemula)

Posted by Unknown 0 komentar
A. Pendahuluan

jalur pendakian Gn Lawu Jawa Timur
Mendaki gunung memang merupakan hobby yang ekstrem dan sedang digemari di kalangan para pemuda dan remaja. Disamping sebagai wahana untuk kegiatan terhadap cinta lingkungan alam juga sebagai wahana guna perenungan dan pendekatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Disamping membutuhkan fisik yang prima dan mental yang tangguh untuk menghadapi medan yang terjal, berliku , dan tajam ada beberapa hal – hal yang harus diketahui oleh para pendaki tentang karakter gunung lawu itu sendiri.
Gunung Lawu memiliki ketinggian 3.265 M.dpl ( dari permukaan Laut ) terletak di perbatasan Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah secara umum tidak jauh berbeda karakternya alamnya dengan gunung – gunung lain di Indonesia, hanya dalam beberapa hal gunung Lawu ada sesuatu yang khas yang tidak dimiliki oleh gunung – gunung lain di Indonesia.Beberapa keunikan yang ada di gunung Lawu merupakan suatu khasanah yang selayaknya juga diketahui oleh para pendaki khususnya para pemula agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Gunung Lawu bagi masyarakat Jawa memiliki arti yang sangat spiritual hal ini dikarenakan kepercayaan masyarakat Jawa yang meyakini bahwa Gunung Lawu adalah tempat muksanya Prabu Brawijaya V Raja Majapahit terakhir. Di samping itu Lawu dipercaya oleh sebagian masyarakat Jawa sebagai salah satu paku Tanah Jawa selain Gunung Merapi dan Laut Selatan tentunya.
Pendakian ke gunung Lawu yang paling ramai dilaksanakan pada malam tanggal 1 Muharram atau pada malam 1 Suro dan pada malam tahun baru. Pada malam 1 Muharram jumlah para pendaki yang menunju puncak Lawu atau tempat – tempat yang dikeramatkan di gunung Lawu ,bisa mencapai sekitar 10 ribu orang lebih. Tua, muda, mahasiswa, pelajar, dosen, karyawan, Pramuka, Pecina Alam, pengusaha, petani, pengamen, bahkan para pengangguran beramai – ramai mendaki Lawu dengan berbagai maksud dan tujuan tertentu.
B. KARAKTER GUNUNG LAWU SECARA UMUM
1. KETINGGIAN DAN SUHU UDARA
a. Ketinggian Gunung Lawu adalah 3.265 meter dari permukaan laut
b. Suhu udara di puncak pada sian hari rata-rata suhu berkisar antara 10 derajat celsius – 14 derajat celsius. Pada malam hari rata- rata 4 derajat celsius – 0 derajat celsius
2. LOKASI
Terletak di wilayah kab. Magetan, Jawa Timur dan sebagian di Kab. Karang Anyar , Jawa Tengah. Gunung Lawu termasuk dalam wilayah KPH Lawu Ds Perum INHUTANI UNIT II Jawa Timur, dan sebagian dalam wilayah KPH Surakarta Perum INHUTANI UNIT I Jawa Tengah.
a. Wilayah Jawa Timur bagian barat dibatasi :
sungai Gandong yang berasal dari Kawah Condrodimuko membelah ke utara sampai gunung Nitis. Atau garis triangulasi dari puncak tertingi Hargodumilah sampai ke desa Cemoro Sewu.
b. Sebelah Timur :
Dusun Karang Gupito, Desa KarangRejo, Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.
c. Sebelah Utara :
Dusun Wukir Bayi atau Girimulyo, desa Kletekan, kecamatan Jogorogo, Kabupaten Magetan.
d. Sebelah Selatan
Dusun Cemoro Sewu, Dusun Singolangu, Desa Ngancar, Kec. Plaosan kabupaten Magetan.
B. FLORA DAN FAUNA
1. FLORA ( TUMBUHAN )
Di kaki gunung yang sebagian besar merupakan hutan lindung berbagai jenis tanaman rimba banyak dijumpai disini seperti : Cemara, Puspa, Kipres, Tristania, sedang di bawah pohon – pohon ini terdapat empon-empon seperti Kunyit, laos, jahe dan bunga-bunga kuning, merah berbaur dengan rumputan.
Di perut gunung pepohonan jenis acasia decurent, Mlandingan gunung dan sebagian Tristania makin banyak dijumpai. Diwilayah ini pohonan amat lebat, sinar matahari tidak sepenuhnya mencapai tanah sehingga membuat wilayah ini redup dan dingin.
Di wilayah dada tumbuhan yang mendominasi kebanyakan Pasang Tritis, bentuknya seperti bonzai. Tingginya tak lebih dari 4 meter tajuknya lebat dengan daun kecil bulat agak jarang berwarna hijau dan di ujung daunnya agak kemerah-merahan. Batang pohon ini berwarna hitam keras dan kuat, tumbuh merata di sela-sela batu cadas.di bagian bawah banyak jenis bunga-bunga berwarna-warni seperti edelweis juga tumbuh di bawah tegakan
Di wilayah sekitar puncak jenis acasia decurent tumbuh rapat menutup permukaan tanah. Di sebelah barat tidak tampak tumbuhannya karena tebing gunung menjulang tegar. Baru setelah sampai puncak gunung Lawu, acasia decurent dan manisrejo menghampar luas menutup permukaan puncak gunung. Di sini nyaris tidak ada pohon besar sehingga sinar matahari langsung menerpa kulit kita. Sementara udara dingin yang amat menggigit memungkinkan terjadinya kontradiksi antara panas badan dan dinginnya udara ini membuat kulit para pendaki menjadi pecah – pecah.
2. F A U N A ( BINATANG )
Ada satu dua jenis harimau masih sering dijumpai masyarakat terutama di daerah dusun Mojosemi atau Singolangu. Begitu juga babi hutan dan Kijang masih dapat atau banyak dijumpai di sekitar desa Sarangan, desa Cemoro Sewu, Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
Burung Jalak Gading atau yang lebih dikenal dengan “jalak Lawu” hampir sepanjang jalan di jalur pendakian, lebih-lebih bagi para pendaki yang mendapat “ berkah dari Sunan Lawu” para pendaki ini selalu diikuti burung jalak gadin yang dianggap “ keramat” sebagai menunjuk jalan untuk menuju Puncak. Burung ini tidak besar hanya sebesar jalak Ungu dan jalak Bali. Bulunya berwarna coklat, bagian dada berwarna kuning emas, paruh dan kakinya kuning, nampak begitu jinak namun begitu didekati dia langsung tebang. Ular hampir tidak pernah dijumpai penduduk namun jika kera masih sering dilihat.
3. TOPOGRAFI
Bila para pendaki memulai pendakian lewat dusun Cemoro Sewu gambaran route pendakian yang akan dilewati adalah sebagai berikut :
Antara posko Cemoro Sewu ( Start pendakian) s/d Pos 1 kemiringan berkisar 30 s/d 40 derajat dan sedikitdemi sedikit menanjak, banyak kelokan, jalan setapak berupa makadam. Jalanan makadam ini sekitar 500 meter. Kemudian antara pos 1 dan pos 2 kurang lebih ketinggian 2.000 meter Dpl. Medan semakin terjal, kemiringan bertambah sekitar 40 s/d 50 derajat. Jalan berbatu, semakin ke atas sejauh 1.500 meter ( antara pos 2 s/d pos 5 ) kemiringan mencapai 50 s/d 80 daerah ini benar- benar curam dan terjal. kemudian antara leher sampai puncak Hargo Dumilah sejauh 1.000 meter ( antara pos 5 s/d Puncak ) medan yang curam sudah tidak nampak, landai sedikit, naik turun, melingkar mengelilingi puncak. Pada puncak gunung Lawu terdapat beberapa bukit kecil, seperti Hargo Dumilah, bukit Cokro Suryo, jurang dan lembah bekas muntahan gunung yang membeku ratusan ribu tahun yang lalu.
Sebelah timur puncak Hargo Dumilah, hamparan lembah amat luas sampai turun ke lereng bawah. Sebelah barat jurang-jurang kawah Condrodimuko,cokrosrengenge, Pawon Sewu nampak begitu mengerikan dan terkesan mistis.
Belahan selatan, hutan alam berbukit-bukit sampai turun ke lereng bawah, sedang belahan utara banyak lembah – lembah, bukit pasar Dieng dan Selo Pundutan nampak jelas.
Sekilas jarak tempuh dari dusun Cemoro Sewu sampai Puncak Hargo Dumilah sekitar 7 Kilometer. Rinciannya sebagai berikut :
-Posko pemberangkatan – Pos 1 : 1.990 Km
-Pos 1 - Pos 2 : 2.250 Km
-Pos 2 - Pos 3 : 0,700 Km
-Pos 3 - Pos 4 : 1,750 Km
-Pos 4 - Pos 5 - Puncak : 0,300 Km
4. TEMPAT – TEMAT YANG DI KERAMATKAN
A. HARGO DALEM
Bentuknya seperti makam biasa, tidak terkesan peninggalan kno, dihiasi ukiran kayu sebagai dinding belakang. Sebelah kanan kiri ukiran bunga, bagian tengah ukiran gunungan wayang. Atap dari bahan sirap, membujur ke arah utara dan selatan. Di tengah-tengahnya terdapat makuto atau mahkota raja. Menurut cerita rakyat, Hargo Dalem merupakan tempat petilasan muksanya Prabu Brawijaya V raja Majapahit atau yang kikenal dengan sebutan “Sunan Lawu”. Tempat ini dianggap tempat paling keramat dan paling di sakralkan. Di waktu- waktu tertentu banyak orang – orang yang bersemedi dan bertapa di tempat ini. Bahkan banyak bangsawan kraton Surakarta dan Kesultanan Jogyakarta juga datang ketempat ini.
B. HARGO DUMILAH
Merupakan puncak tertinggi gunung Lawu, wilayah ini berupa tanah padas yang ditumbuhi sedikit caliandra, edelweis, manisrejo dan rumput gambut. Disini terdapat tugu prasasti yang sering diabadikan ( difoto) oleh para pendaki sebagai bukti mereka sudah pernah sampai puncak lawu. Dan ditempat ini pula para pendaki dapat melihat “sunrise “ ( matahari terbit ). Saat inilah yang paling banyak ditunggu – tunggu oleh para pendaki.
C. TELOGO KUNING
Tempat ini adalah sebuah lembah yang diapit oleh puncak Hargo Dumilah dan puncak gunung yang lainnya tapi masih dalam gugusan gunung Lawu. Dasar telogo ini adalah rumput gambut yang berwarna kuning teal. Bila musim penghujan terisi oleh air, warnanya menjadi kuning. Tempat ini terletak sebelah selatan Hargo Dumilah turun ke bawah sedikit. Menurut cerita rakyat tempat ini adalah tempat para putri kerajaan Majapahit mandi.
D. SENDANG DRAJAT
Bentuknya menyerupai sumur dengan garis tengah kurang lebih 2 meter dan dalamnya 1,5 meter.airnya tidak pernah habis walau terus diambil. Dan bila bulan Suro, air dikuras oleh para pendaki yang singgah disana. Dipercayai oleh banyak kalangan air sendang Drajat ini memberikan banyak manfaat bagi yang meminumnya. Saat ini sekitar sendang Dajat sudah dibangun Kamar mandi dan WC.
E. SUMUR JOLOTUNDO
Dari luar bentuknya menyerupai lubang besar yang berukuran garis tengah 3 meter dan dalamnya kurang lebih 4 mater. Dalam sumur ini terdapat pintu goa dengan garis tengah 90 cm. konon tempat ini merupakan tempat semedi
Prabu Brawijaya V.
Dan masih banyak lagi tempat tempat keramat lainnya dalam kawasan gugung Lawu yang hampir semuanya bedasarkan cerita rakyat berhubungan dengan keberadaan Prabu Brawijaya V atau Sunan Lawu., seperti : Lumbung Selayur, Pawon Sewu, Sendang Putri, Sendang Lanang, goa Kepatihan, makam Raden Bagus Bancolono, Hargo Tiling, Kandang Umbaran, Kawah Condrodimuko, Sendang Macan, Pasar Dieng, Selo Pundutan, Sendang Panguripan, goa selarong, Pertapan Jodipati, dll.
5. MACAM LARANGAN MENDAKI KE GUNUNG LAWU
1. Memakai kain sutra berwarna hijau pupus
2. Memakai udeng/ ikat kepala bercorak gadung melati
3. Memetik/ membawa / merusak bunga edelweis
4. Merusak tempat-tempat yang dikeramatkan
5. Mencorat-coret di sembarang tempat
6. Mengganggu burung jalak Gading
7. Berbicara kasar, sombong, takabur ( jw; nyepelekne)
8. Membuang sampah sembarang tempat
9. Membawa obor untuk alat penerangan
10. Berpisah dengan kelompok ( khusus pemula )
11. Minum – minuman keras
12. Memotong kompas / cross feet, selama pendakian
Hal-hal tersebut diatas, sangatlah perlu diperhatikan bagi para pendaki khususnya para pemula. Semua itu demi keselamatan dan keamanan bersama.dan perlu diingat pada waktu pendakian prinsip utama seorang petualang sejati yaitu :
1. Jangan membunuh apapun kecuali waktu
2. Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak
3. Jangan mengambil apapun kecuali photo
6. PENUTUP
Pendakian ke gunung Lawu akan terasa enjoy apabila didukung oleh kelengkapan dan kesiapan dari para pendaki itu sendiri, untuk itu apabila hendak mendaki sebaiknya dan harus dilakukan pertama kali adalah berdoa mohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi kemudahan, kelancaran , kesehatan dan kesuksesan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Kedua melaporlah ke petugas yang pos pantau / start dan jangan malu untuk minta bantuan kepada sesama pendaki apabila mengalami kesulitan dalam perjalanan.
Tetap hormati adat dan kepercayaan yang berlaku di sekitar gunung Lawu baik anda percaya atau tidak, tetap berhati-hati, jaga ucapan juga tingkah laku karena pada kenyataannya masih sering terjadi hal-hal yang ajaib yang sulit diterima logika/ nalar.
Bagi para pemula khususnya remaja pelajar baik SMP ataupun SMA/K yang paling utama bekali diri anda dengan memperdalam pengetahuan tentang Survival (teknik bertahan hidup).



Perkembangan Joomla menurut versi

Posted by Unknown Kamis, 21 Februari 2013 0 komentar

No.

Versi

Tanggal Diluncurkan

Nama Kode

1.

1.0.0

17 September 2005

Sunrise

2.

1.0.1

21 September 2005

Sunburst

3.

1.0.2

2 Oktober 2005

Sunset

4.

1.0.3

14 Oktober 2005

Sunlight

5.

1.0.4

21 Nopember 2005

Sundial

6.

1.0.5

24 Desember 2005

Sunspot

7.

1.0.6

15 Januari 2006

Sunscreen

8.

1.0.7

15 Januari 2006

Sunburst

9.

1.0.8

26 Februari 2006

Sunshade

10.

1.0.9

5 Juni 2006

Sunshine

11.

1.0.10

26 Juni 2006

Sundown

12.

1.0.11

29 Agustus 2006

Sunbow

13.

1.0.12

25 Desember 2006

Sunfire

14.

1.0.13

2007

Sunglow

15.

1.0.14

2008

 

16.

1.0.15

2008

 

17.

1.5 Stable

22 Januari 2008

Khepri

18.

1.5.1

08 February 2008

Seenu

19.

1.5.2

23 March 2008

Woi

20.

1.5.3

24 April 2008

Vahi

21.

1.5.4

08 July 2008

Naiki

22.

1.5.5

28 July 2008

Mamni

23.

1.5.6

12 August 2008

Vusani

24.

1.6

10 Januari 2011

 

25.

1.6.1

07 Maret 2011

 

26.

1.6.2

14 April 2011

 

27.

1.6.3

18 April 2011

 

28.

1.7

19 Juli 2011

 

 Joomla 1.0.x akan berakhir pada Joomla 1.0.15. Tidak ada support dan pengembangan selanjutnya. Joomla secara terus menerus dikembangkan melalui berbagai aktivitas yang sangat aktif dan tertarik dengan sistem ini.

Popular Posts